Banjir merupakan peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai.Seperti yang kita ketahui Jakarta adalah kota yang tiap tahunya menjadi langganan banjir. Sebagian wilayah Jakarta berpotensi terjadi banjir yang biasanya terjadi pada pada akhir Januari atau awal Februari 2009. disebabkan oleh tingginya curah hujan. Selain curah hujan yang tinggi masih ada beberapa faktor penyebab banjir diantaranya :
• Erosi tanah menyisakan batuan, hingga tidak ada resapan air. • Buruknya penanganan sampah, hingga sumber saluran-saluran air tersumbat. • Pembangunan tempat permukiman dimana tanah kosong diubah menjadi jalan / tempat parkir, hingga daya serap air hujan tidak ada. • Bendungan dan saluran air rusak. • Keadaan tanah tertutup semen, paving atau aspal, hingga tidak menyerap air. • Pembabatan hutan secara liar (Illegal logging). • saluran mikro drainase tidak beres
Musim hujan dan banjir yang berasosiasi dengannya di Jakarta ini sesungguhnya menjadi bukti bahwa warga masih belum peduli terhadap lingkungan dan belum tahu bagaimana bersyukur terhadap nikmat yang diberikan Tuhan sehingga nikmat itu berubah menjadi bencana.
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan kesatuan ekosistem dimana jasad hidup dan lingkungannya berinteraksi secara dinamik dan terdapat saling ketergantungan (interdependensi) komponen-komponen penyusunnya. Pengelolaan DAS merupakan pengelolaan sumberdaya alam dengan tujuan untuk memperbaiki, memelihara dan melindungi keadaan DAS, agar dapat menghasilkan barang dan jasa khususnya kuantitas, kualitas dan kontinuitas air. Untuk kepentingan pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, perikanan, industri dan masyarakat.
Pertumbuhan dan perkembangan penduduk yang cukup pesat menyebabkan peningkatan kebutuhan manusia akan sumberdaya. Pemenuhan kebutuhan penduduk akan menyebabkan eksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Untuk itu, pengendalian dan pengelolaan sumberdaya alam harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu. Sehingga diharapkan sumberdaya alam dapat dimanfaatkan selama mungkin untuk kepentingan manusia secara lestari dan berkelanjutan.
Adanya tekanan penduduk terhadap kebutuhan lahan baik untuk kegiatan pertanian, perumahan, industri, rekreasi, maupun kegiatan lain akan menyebabkan perubahan penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan yang paling besar pengaruhnya terhadap kelestarian sumberdaya air adalah perubahan dari kawasan hutan ke penggunaan lainnya seperti, pertanian, perumahan ataupun industri. Apabila kegiatan tersebut tidak segera dikelola dengan baik, maka akan menyebabkan kelebihan air (banjir) pada saat musim hujan dan kekeringan pada saat musim kemarau. Hal ini disebabkan karena perubahan penggunaan lahan yang tidak bijaksana (tidak disertai penanganan tindakan konservasi), sehingga hujan yang jatuh sebagian besar akan menjadi aliran permukaan.
Upaya pelestarian sumberdaya air tidak dapat dilepaskan dari pergerakan dan sebaran air tersebut dalam batas alam hidrologis (DAS). Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung Hulu, merupakan salah satu wilayah yang cukup penting peranannnya dalam sistem DAS Ciliwung secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena perubahan-perubahan yang terjadi pada DAS Ciliwung Hulu ini akan berimplikasi lebih lanjut pada daerah yang ada di bawahnya (hilir). Sehingga perubahan apapun yang terjadi/dilakukan dalam DAS tersebut harus diperhitungkan secara matang.
Perubahan penggunaan lahan di DAS Ciliwung tahun 1990—1996, semakin meningkat, begitu juga dengan persentase hujan yang semakin besar. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap perubahan kondisi hidrologi DAS Ciliwung. Untuk itu, diperlukan suatu strategi pengelolaan DAS yang komprehensif dan terpadu sehingga ketersediaan air dimusim kemarau akan terjaga dan pada musim hujan tidak terjadi banjir. Untuk menyusun strategi pengelolaan DAS yang baik (komprehensif dan terpadu) diperlukan informasi/data yang akurat mengenai karakteristik fisik DAS (Biogeofisik) serta kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut.
Pengelolaan Sumberdaya Alam dengan Pendekatan DAS
Sebagai suatu ekosistem alami yang mudah dikenali, sistem DAS terdiri dari unsur bio-fisik yang bersifat alami dan unsur-unsur non-biofisik. Unsur biofisik terdiri dari, vegetasi, hewan, satwa liar, jasad renik, tanah, iklim dan air. Sedangkan unsur nonbiofisik adalah manusia dengan berbagai ragam persoalannya, latar belakang budaya, sosial ekonomi, sikap politik, kelembagaan serta tatanan masyarakat itu sendiri.
Pengelolaan sumberdaya alam dengan pendekatan ekosistem DAS
Adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pemanfaatan sumberdaya alam di dalam sistem DAS semakin terarah, melalui penerapan teknikteknik budidaya tanaman pertanian, perkebunan, padang rumput, peternakan, atau kehutanan. Selain itu potensi sumberdaya alam yang terkandung di sistem DAS dimanfaatkan dengan mengarah pada pengaturan ketersediaan dan peningkatan nilai tambah sumberdaya alam yang ada, misalnya dalam bentuk pembangunan waduk atau bendungan untuk mengatur air irigasi, menghasilkan tenaga listrik, sarana rekreasi, usaha perikanan dan lain-lain kegiatan.
Pengkajian dan studi mengenai pengembangan DAS dan pemanfaatan sumberdaya air sebaiknya ditinjau dari kerangka umum pengembangan Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai satuan hidrologi. Untuk itu dalam pelaksanaannya harus memperhatikan faktor-faktor bio-fisik DAS yang mempengaruhi proses hidrologi, selain faktor curah hujan sebagai masukan utama dalam proses hidrologi pada suatu DAS. Proses dan tata alir pengelolaan sumberdaya alam dengan pendekatan ekosistem DAS disajikan pada diatas.
Dari uraian tersebut di atas dapat dikembangkan berbagai solusi pemecahan masalah yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya alam dengan konsep pendekatan ekosistem DAS. Alternatif pemecahan masalah dengan pendekatan ekosistem DAS.